Di jaman yang sudah modern ini, tentunya kita tidak asing lagi dengan kata techopreneur. Walau masih ada saja yang tidak mengerti tentang techopreneur, itu hal yang wajar, karena techopreneur menyakup hal pemanfaatan barang teknologi untuk melakukan usaha. Mungkin kata yang sering terdengar jika menyangkut tentang membuat usaha adalah entrepreneur. Kedua hal ini tentunya juga berbeda dalam segi pengertiannya. Bahkan seseorang tidak bisa langsung dikatakan seorang entrepreneur ataupun technopreneur hanya karena membuka usaha. Menjadi seorang pelaku bisnis tidaklah asal punya modal, ide, dan keberanian. Dalam menjadi salah satu, tetap ada begitu banyak pertimbangan matang. Maka dari itu, pada artikel kali ini, kita akan membahas tentang techopreneur itu sendiri.
Apakah karena perkembangan zaman yang sangat maju ini peluang terbesar hanya dengan memanfaatkan teknologi?
Kita harus memandang aspek lain tentunya. Terutama fakta tentang tidak semua orang mengerti bagaimana memanfaatkan teknologi itu sendiri. Istilahnya, jika target pasar itu sendiri juga tidak mengerti mekanisme nya, bagaimana anda bisa mengenalkan barang anda?
Hal sederhana yang bisa di bilang techopreneur saat ini adalah bisnis online. Semua orang tentunya tau dan mungkin pernah mencobanya juga. Bisnis ini termasuk berpeluang besar sebenarnya. Dengan begitu cepat, barang yang anda jual bisa diketahui banyak orang hanya dengan sekedar mengunduh dan menyebarkan. Begitu banyak orang tergiur dengan membuka toko online sendiri untuk menjual produknya. Tentu saja, karena jika anda sendiri melihat beberapa toko yang menjual baju di grosir besar yang ada di kota, terlihat begitu sepi. Terutama kota kecil, seperti kota saya sendiri, para penjual tersebut terlihat sepi pengunjung. Solusi untuk masalah itu saat ini adalah dengan membuka bisnis online.
Tidak heran jika beberapa toko tersebut mempunyai toko online juga.
Demi tetap bertahan dengan bisnis mereka, setiap orang berlomba-lomba untuk memasarkan jualan mereka. Toko online ini tidak hanya menguntungkan penjual, tapi juga memberikan kemudahan bagi pembeli. Bisa disimpulkan disini, orang-orang tidak semua pergi keluar untuk berjalan-jalan dan membeli baju. Jika konsep berjualan di toko ataupun grosir diterapkan pada kota besar masih ada peluang besar, tapi untuk kota-kota kecil masih agak susah. Walau kota kecil tidak macet atau jauh dari tempat ke tempat, orang-orang masih saja istilahnya “mager” atau malas gerak. Kota kecil juga tidak mempunyai begitu banyak penduduk pada umumnya.
Namun, sekarang permasalahannya, toko-toko itu sepi pengunjung apa hanya karena kalah saing pada toko online yang ada? Terutama bagi kota kecil? Jawabnya tidak. Kita kembali ke konsep dari pasar lagi. Pasar memiliki dua pelaku, yaitu penjual dan pembeli. Dari kedua hal ini, kita sebagai penjual seharusnya melihat kemampuan dari pembeli. Maka dari itu, aspek yang kita jual harus sesuai dengan aspek pasar yang kita tuju. Rata-rata pembeli membeli sebuah barang adalah karena aspek harga. Boleh saja kita bilang aspek kualitas juga ada, tapi tetap saja setiap pembeli akan melihat harga terlebih dahulu. Maka dari itu, harga harus berbanding lurus dengan kemampuan/daya beli pasar jadi apa yang kita jual harus sesuai juga dengan aspek pasar yg kita tuju. Kita bisa mengambil contoh, misalnya membuka restoran di perkampungan yang daya beli warganya sekitar 10 ribu rupiah sementara menu yang ditawarkan dimulai dari 40 ribu itu sama saja kesenjangan pasar. Bisa dilihat dari contoh tersebut, bahwa toko online belum bisa menjangkau kota-kota kecil. Itu karena toko online mengenakan ongkos kirim, dan harga barang yang di tawarkan tidak seperti pasaran.
Melihat perkembangan teknologi saat ini, kota-kota besarlah yang menjadi peluang bagus untuk techopreneur.
Dari semua penjelasan yang telah saya tuturkan tadi, bisa dilihat bahwa technopreneur tidak selalu menjadi peluang yang menguntungkan. Kota kecil tentu saja masih susah menjangkau harga yang ada di toko-toko sekitar, apalagi toko online. Bisnis model apapun saat ini bisa sukses, asalkan tetap berpatokan pada beberapa hal yang telah saya sebutkan sebelumnya. Anda bisa menjadi seorang techopreneur, entrepreneur, atau penjual biasa. Jalankan bisnis yang anda lakukan dengan serius, karena dengan begitu hasilnya lebih besar dari yang anda bayangkan. Bahkan penjual bakso saja bisa mencapai omzet yang begitu menggiurkan. Namun, tetap harus siap dengan yang namanya rugi, karena resiko tetap ada ketika anda membuka usaha. Kita tidak bisa menebak keadaan pasar kedepannya. Hal yang sepertinya tidak menarik perhatian, kemudian akhirnya meledak di pasaran. Bisa saja, benda yang selalu menjadi permintaan pasar terganti oleh perkembangan teknologi ini. Sekarang, untuk melakukan usaha pikirkan faktor-faktornya; ide, pasar yang dituju, jangkauan harga, modal, untung, rugi, dan faktor lainnya. Sukses Techopreneur, Entrepreneur muda!